Pagi itu tepatnya jam 04.30 aku berangkat dari rumah menuju 99ers. Ya aku penyiar di 99ers radio, walaupun statusku hanya penyiar sementara. Aku terpilih menjadi penyiar sementara saat ada Ajang Pencarian Penyiar Sementara yang dikhusukan untuk anak sekolah. Aku suka rutinitas ini, walaupun harus melawan udara dingin dan rasa malas yang begitu berat.
Aku siaran bersama dengan tiga orang dari sekolah lain. Mereka adalah Vina, Ine, dan Fitriyan. Nah yang terakhir itu sebenernya cowok, tapi gayanya kemayu abis. Kita melakukan siaran seperti biasanya, dengan suka cita dan berbahagia tentunya.
**
Akhirnya jam 06.00 juga, tandanya siaran selesai dan kita akan segera kembali ke sekolah masing-masing. Di lobi kita terpisah dan kebetulan hanya aku yang berbeda arah dengan mereka. Tiba-tiba ada lelaki yang sepertinya terburu-buru dan menabrakku. Tapi dia berlalu begitu saja, tanpa ada kata maaf sedikitpun.
**
Besok hari Minggu dan tak ada jadwal siaran. Tapi aku berniat untuk main kesana, ya daripada bosen di rumah. Sesampainya disana, aku bertemu lagi dengan lelaki yang kemarin menabrakku. Dalam hati aku sudah berniat untuk memarahinya atas perlakuan dia sore kemarin. Tapi tiba-tiba dia tersenyum kepadaku, manis sekali.
“Hai sorry ya kemaren udah nabrak lu dan nggak minta maaf” ucapnya begitu tegas.
“Iya nggak apa-apa, keliatannya kemaren lu lagi buru-buru banget sih. Gue maklum kok” jawabku dengan gugup.
“Sebagai permintaan maaf, kita ngopi yuk di 99ers Coffee. Gue yang traktir lu” ucapnya sambil menarik tanganku.
Aku hanya bisa terdiam melihat dia menarik tanganku begitu. Kenapa aku jadi lemah begini ? Kenapa cacian yang tadi sudah kusiapkan tidak bisa kuucapkan ? Kenapa aku malah mau diajak jalan oleh lelaki ini. Lamunanku buyar saat dia mengatakan kita sudah sampai di 99ers Coffee.
“Lu yang siaran Funky Siapa Kamu kan ?” tanyanya.
“Iya kok lu tau sih ?” tanyaku lagi.
“Yah iya lah, kan gue yang urusin semua penyiar Funky Siapa Kamu setiap angkatannya” jawabnya tegas.
“Oh iya gue Bagus, lu siapa ? dari sekolah mana ?” tanyanya lagi.
“Gue Sasha Anindita, kelas X-A dari SMA 56” jawabku singkat.
“Oh lu toh yang namanya Sasha itu” ucapnya sambil tertawa.
“Emang kenapa sama gue ? Kayaknya lu kenal banget sama gue” tanyaku penasaran.
“Kan waktu audisi itu semua crew pada heboh ngomongin anak yang namanya Sasha. Kata mereka lu itu lucu dan polos banget, masa waktu audisi lu mau aja disuruh mohon ke salah satu penyiar senior. Padahal kan nggak ada aturan kayak gitu di audisi kemaren." ucapnya begitu lantang.
Aku hanya terdiam dan kaget mendengar itu. Berarti aku kemarin berhasil menjadi bahan lelucon crew audisi itu. Ah bodohnya diriku yang terlalu lugu dan polos ini.
“Jadi semua itu cuma keisengan mereka ? Pantes penyiar senior pada nyengir nggak jelas. Kalian jahat banget sih”. ucapku sambil memasang muka marah.
“Eitss gue kan nggak ikutan, itu kan kerjaan anak-anak aja. Malah gue itu penasaran sama yang namanya Sasha. Makanya kemaren gue buru-buru masuk kantor pengen liat Sasha itu siaran. Eh ternyata lu Sasha yang gue cari” ucapnya sambil tertawa lepas.
Hari itu aku habiskan dengan mengobrol bersama Bagus, salah satu crew di 99ers. Bagus termasuk lelaki yang good looking. Kulitnya sawo matang, hidungnya mancung, dan dia berwawasan luas. Sampai aku tak sadar kalau hari sudah sore dan aku sudah berjam-jam mengobrol dengan Bagus.
Setelah pertemuan itu, kamipun sering mengobrol di kantor. Lalu saling bertukar nomor handphone, dan setiap weekend kami pasti melakukan wisata kuliner di Bandung. Aku merasa nyaman bila disamping Bagus.
Malam minggu itu Bagus mengajakku untuk makan malam di suatu tempat yang menurutku sih mahal dan kebanyakan orang kantoran yang makan disana. Tiba-tiba Bagus memegang tanganku.
“Sha, aku suka sama kamu sejak kita ketemu di kantor itu. Aku ngerasa kamu itu beda sama cewek lain yang cuma menilai seseorang dari materi. Aku tahu ini terlalu cepat, tapi ini jujur dari dalam hati aku. Kamu mau nggak jadi cewek aku ? ucapnya lantang.
Aku hanya ternganga saking kagetnya, aku kira ini hanya mimpi. Kucoba cubit tanganku dan ternyata sakit, ini bukan mimpi. Aku hanya mengaduk-aduk makananku. Aku bingung sekali.
“Hmm gimana ya ? Aku, aku, aku mau jadi cewek kamu” ucapku sambil menunduk.
Jadilah hari itu adalah malam minggu terindah yang kurasakan. Bisa menjadi pacar crew 99ers itu memberi prestise tersendiri. Inilah kebahagiaan yang sesungguhnya.
Dua minggu sudah aku menjalani hubungan dengan Bagus, banyak hal positif yang kurasakan. Aku berniat untuk belajar menyayanginya dengan baik. Tiba-tiba Vina datang membuyarkan lamunanku.
“Hei, Sha. Kamu bener ya pacaran sama Kak Bagus ?” Tanya Vina.
“Iya, Vin. Kamu tau dari mana ?” tanyaku lagi.
“Ya elah semua juga udah tahu kali, kita kan sekantor masa sih gak tau” jawabnya singkat.
“Oh iya ya. Tapi aku seneng loh bisa pacaran sama Bagus, dia orangnya baik banget deh” ucapku bahagia
“Maaf ya, Sha. Tapi kamu jangan terlalu percaya Kak Bagus, dia itu playboy cap buaya tau. Banyak cewek yang dibuat patah hati sama dia. Kamu hati-hati ya.” Ucapnya serius.
“Masa sih Vin ? Tapi kayaknya nggak deh, lagian dia nggak pernah bertingkah aneh Vin. Kamu sama aja ya kayak yang lain !!!” Ucapku sedikit membentak.
Kutinggalkan Vina sendiri di ruang siaran. Kenapa sih semua orang menyudutkan Bagus seperti itu ? Padahal menurut aku Bagus bukan cowok playboy cap buaya yang sering diucapkan teman-temanku.
Hari itu aku free siaran, tapi Bagus tidak ada di kantor. Bagus sedang tidak enak badan, begitu informasi yang kutangkap saat aku menelpon dia. Aku malas pulang ke rumah, karena memang kondisi rumah sedang tak karuan. Akhirnya muncul ide gilaku untuk menjenguk Bagus ke rumahnya, aku akan memberikan kejutan untuk Bagus. Segera kupacu motorku ke arah rumah Bagus, setelah sebelumnya aku membeli beberapa kue yang Bagus suka.
Saat aku sampai, terlihat mobil Bagus ada di depan garasi rumahnya. Aku semakin tenang karena memang Bagus sakit dan tidak berusaha mengelabuiku. Kuketuk pintu rumahnya tapi tak ada saja yang membuka, akhirnya aku memberanikan diri untuk langsung ke rumahnya dan mencari dimana kamar Bagus. Terdengar suara orang tertawa dari dalam kamar, segera kutebak itu adalah kamar Bagus.
Kubuka pintu kamarnya dan kulihat dua orang manusia sedang melakukan hubungan percintaan layaknya sepasang suami istri. Mereka begitu kaget melihatku, tapi segera kupergi dari tempat tersebut dengan luka yang teramat dalam. Terdengar Bagus yang berusaha mengejarku.
“Sha tunggu ini nggak seperti yang kamu bayangkan” teriaknya dari kamar.
Aku hanya berlari ke bawah, mencari pintu keluar. Aku tak tahan melihat semua itu. Segera kupacu motorku keluar dari kawasan rumah Bagus, tak terasa air mata ini begitu deras mengalir. Akhirnya aku pergi ke kantor dan segera berlari ke tower kantorku yang berada di lantai paling atas. Aku ingin menenangkan diriku sendiri.
“Gue Shasha nggak akan pernah maafin Bagus sama Vina yang udah nyakitin gue banget. Gue nggak mau lagi ketemu sama makhluk biadab kaya mereka. Gue janji nggak akan nginjekin kaki di kantor 99ers lagi, dan gue nggak akan siaran lagi”. ucapku lantang.
Segera kupergi dari tempat itu dan meninggalkan semua kenangan, kesakitan, serta pengkhianatan yang dilakukan secara bertubi. Tapi ini semua akan menjadi kenangan Love at 99ers yang tidak akan kulupakan sampai kapanpun.
Kau hancurkan aku dengan sikapmu
Tak sadarkah kau telah menyakitiku
Lelah hati ini meyakinkanmu
Cinta ini membunuhku