Friday, 18 January 2013

Pertahankan Bahasa Daerah

Tulisan ini sebenarnya sudah ada sejak tiga hari yang lalu, tapi terlalu banyak halangan yang membuat postingan ini jadi sulit sekali untuk publish ke permukaan. Ini merupakan bentuk kekhawatiran terhadap generasi penerus atau generasi muda sekarang ini. Postingan ini lagi-lagi diilhami dari dosen tercinta Mr.Edi Brata. Masih pada inget kan sama dosen intelek satu ini ? *hening*.


Menurut penjelasan beliau, bahasa itu dibagi menjadi 3 macam. First language acqusition (bahasa ibu), second language acquisition (bahasa kedua), dan foreign language (bahasa asing). Itu sedikit yang saya petik dari perkuliahan hari selasa kemarin. Nah jadi apa hubungannya dengan judul postingan diatas ?


Setiap bayi yang baru lahir pasti akan mengenal yang namanya bahasa ibu, dan seharusnya bahasa ibu itu diduduki oleh bahasa daerah. Bahasa kedua baru diduduki oleh bahasa nasional (indonesia0, dan bahasa asing itu bisa bahasa inggris, jerman atau jepang. Asalkan disebut bahasa asing dan bukan kepunyaan Indonesia.


Seiring dengan kemajuan jaman, bahasa daerah sudah banyak dilupakan oleh masyarakat. Seharusnya si bayi yang baru lahir itu diajarkan atau dibiasakan dengan bahasa daerahnya masing-masing. Tapi seperti yang sering saya lihat, kebanyakan orangtua lebih membiasakan dengan bahasa indonesia. Mereka berbuat itu dengan alasan takut anaknya tidak bisa berbahasa indonesia yang baik. Padahal menurut penelitian setiap anak itu mempunyai kemampuan berbahasa. Apalagi di jenjang pendidikan bahasa pengantar yang dipakai itu kan bahasa indonesia.


Bukan saya tidak menyetujui atau tidak bersikap nasional, hanya sedikit miris melihat banyak anak yang tidak mengerti bahasa daerahnya sendiri. Malah terkadang lebih memilih ngomong sok inggris daripada belajar bahasa daerahnya sendiri. Bukan tidak mungkin jika terus seperti ini, mungkin bahasa daerah kita sendiri bisa menjadi asing. Ini sebuah bentuk kekhawatiran terhadap anak di sekitar wilayah saya yang malah tidak mengerti bahasa daerah Sunda yang baik dan benar.


Maaf mungkin kalau isi postingan ini sedikit tidak jelas atau malah membingungkan, sekali lagi ini hanya bentuk kekhawatiran terhadap bahasa daerah yang semakin memudar. Apa kita rela menjadi tamu di daerah sendiri ???

37 comments:

  1. taoi sayangnya bahasa daerah cuma di ajarkan sampe SMP aja, setelah itu tidak diajarkan lagi

    tapi setidaknya walaupun tidak diajarkan lagi secara formal, tapi secara penggunaan sehari-hari masih sering dipake kok dalam percakapan sehari-hari.

    jadi walaupun secara formal cuma sampe SMP tapi kyknya kita tidak perlu khawatir bahasa daerah akan hlang, karena akan selalu digunakan dalam percapakan sehari-hari oleh penduduk daerah yg bersangkutan

    ReplyDelete
    Replies
    1. malah fakta yg saya lihat sudah banyak org yg tidak lancar atau malah tidak bisa berbahasa daerah -.-

      Delete
  2. We have the same worry, dear. Tak bisa dipungkiri, bahasa daerah memang pelan2 udah mulai menghilang. Mother language, justru tak lagi diajarkan oleh sang mother kepada anak2nya. Kita jelas tak bisa mengandalkan bahasa daerah sekedar diajarkan di sekolah2 utk terus melestarikannya. Peran orang tua juga penting banget. Di lingkungan saya, saya lebih sering menyaksikan para orang tua lebih memilih mengajari anaknya bahasa Indonesia instead of bahasa daerah. You get what I mean kan? Ah, jadi kangen pengen belajar second language acquisition lagi deh ini hihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yes i get it, lalu apa yg harus kita lakukan for the next ?
      ini pelajaran asyik loh mbak ^-^

      Delete
  3. iya yaa,, sy bahkan tdk lancar berbahasa daerah sy sendiri,, tidak paham malah (Bugis),, wlw bbrp bahasa daerah lainnya (jawa, sunda) sy bs melafalkannya dan mengerti maknanya..

    tp di sisi lain kt butuh belajar bahasa asing,, biar bs berinteraksi sm dunia inter,, smuanya penting,, tp kt prlu mengutamakan salah satunya..^^ hohoho

    ReplyDelete
    Replies
    1. ketiga bahasa itu memang perlu kita pelajari, tetapi jati diri kita jgn sampai terlupakan iya gak ?

      Delete
  4. Bener banget kak, kalo begini lama2 bahasa daerah jadi asing. Padahal bahasa daerah itu unik dan asik..

    ReplyDelete
  5. kitanya yang sslah kaprah saja..
    sebenarnya kita boleh menguasai bahasa asing dengan baik, tapi jangan lupa dengan bahasa daerah yang telah membesarkan kita dari kecil..
    jangan kita seperti kacang yang lupa pada kulitnya..
    :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya seperti yang saya bilang jangan melupakan identitasnya sendiri :)

      Delete
  6. Klo cm smpe di tingkat sekolah dasar 9 tahun, mungkn msih ada kemungkinan digunakan krna msih ada sekolah2 yg mngajarkan.
    Tpi klo smpai tingkat PT, kyaknya udah ga ada deh..
    Lgian anak muda skarang, dripada belajar bhasa daerah, lebih suka buat bahasa sendiri, yaitu bahasa 4L4y...
    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya tapi udah bisa ke.itung jari yg mengajarkan bahasa daerah.
      mungkin bahasa alay lebih menarik buat mereka :|

      Delete
  7. aku orang jawa tapi ga bisa bahasa jawa-____-"
    lah bahasa jawa cuma diajarin sampe SD aja sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin waktu bayinya kebanyakan pake Indonesia ya .

      Delete
  8. nah setuju bangeettt...kita nggak boleh malu dan gengsi pake bahasa daerah...harus dilestarikan penggunaannya krn itu adlh warisan budaya ^____^

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya jangan sampe asing di tempat sendiri :D

      Delete
  9. aku anak melayuuu... :D
    kalo aku...ditempat2 tertentu aja baru pakai bahasa indonesia..
    dikantor misalnya..
    selain itu...bahasa daerah... :)

    ReplyDelete
  10. bener kak hen. bocil untungnya masih bisa dikit-dikit bahasa minang sama sunda hehe

    ReplyDelete
  11. Rasanya kearifan lokal, termasuk bahasa dan masing-masing adat tidak akan mampu bertahan oleh arus globalisasi dengan corak multikulturalisme. itu sangat betul karena siapa yang tidak mengikuti pola global akan tergilas. pertanyaanya adalah mampukah kita (termasuk para budayawan) bertahan ditengah badai globalisasi?

    katanya mengejar tren! huuh, padahal yang yang tren butuh juga yang unik, iya kan? nah! mari kita menghargai keunikan bahasa dan budaya lokal kita sebagai karya yang unik, identitas bangsa serta sebagai bentuk kekuatan masing-masing daerah (bukan untuk bertarung) tapi saling mendukung secara real maupun materil.

    mohon diluruskan yah jika saya keliru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya memang ini jadi hal yg dilema dan terus diperbincangkan.
      setidaknya ditengah era globalisasi ini, bahasa daerah tetap eksis tanpa mengabaikan unsur ke.modern.an :D

      Delete
  12. saya senang bisa berbahasa inggris..

    dan saya bangga dengan bahasa daerah saya,, :)

    ReplyDelete
  13. kayanya harus minta ajarin nih sama mama papa bahasa daerahnya -_-

    ReplyDelete
  14. bener atu neng banyak urang sundana sok begitu naon semua neng? hehehe bahasa sunda gue dimana hen eren kagak hahahaha. iya hen di jawa timur Khusus surabaya udah banyak yg gak bisa bahasa jawa, ngenes tenan janan bocah-bocah iku

    ReplyDelete
    Replies
    1. naha atuh nyariosna meni pabaliut kitu si aa mah ? *senyum nyengir*

      Delete
  15. aku orang jawa, tapi susah bahasa jawanya. gak tau nih, gak terbiasa. hehehe

    ReplyDelete
  16. wah, ini posting ngenak banget deh hen..
    aku orang aceh. Tpi aku belum terbiasa bahasa aceh. Kalo orang ngomong, 80% aku ngerti. Tapi ngejawabnya dengan bahasa aceh nya yang belum bisa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi cenderung jadi pendengar aktif ya hehe, ayo dong uval belajar bahasa daerah..

      Delete
  17. aku aja yang orang jawa belum bisa bahasa jawa yang halus dengan baik dan benar... tapi seiring berjalannya waktu udah mulai punya kesadarn buat belajr bahasa jawa sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh kirain si ktuban ahlinya bahasa Jawa hihi.

      Delete
  18. iya memang, tapi seharusnya tidak melupakan bahsa ibunya masing-masing ya :)

    ReplyDelete
  19. ngomongin bahasa jawa, sini ahlinya, bakwangepeng asli jawa,

    mau bahasa kromo alus, ngoko alus, kromo inggil, ngoko inggil, ngoko biasa, ngoko kasaar, mau yang mana???

    hehe, tapi biasanya bahasa jawa, jawa tengah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bagus deh kalo masih menguasai bahasa daerahnya sendiri, patut dicontoh :bd

      Delete

Udah baca kannn ?
Ayo dong tumpahin aernya *nahlo
BW lah kawan, karna BW sebagian dari iman :))

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...